Pukul 15.00, panggilan pesawat Air Asia
menuju Bangkok sudah terdengar. Kami bergegas menuju sebuah bis. Bis itu yang
akan mengantar kami menuju pesawat. Tidak lebih dari 5 menit, kami telah sampai
di depan pesawat. Adikku yang paling kecil, mendapat nomer 31A, tempat duduk
yang paling belakang. Sedangkan kami sekeluarga mendapat nomer 2E, 2F, 3A, 3B,
dan 3C. tempat duduk yang paling depan. Akhirnya, dengan segala keberatan hati
aku menggantikan posisi duduknya.
Aku pindah ke nomer 31A. apalagi aku nggak
kenal dengan samping-sampingku. Boring. 31A adalah tempat duduk dekat jendela. Tapi
apa boleh buat, malah dituker jadi tempat duduk dekat toilet. ASTAGHFIRR…. Dalam
perjalanan itu sangat boring. Nggak bisa lihat pemandangan di atas awan, jadi
tempat lewat-lewatan kalau orang mau ke toilet, nggak ada teman ngobrol, aduhh
BADMOOD!!! Apalagi di pesawat adanya
jualan makanan, mana aku nggak punya uang. L lapeerr…
Jam 8 malam, pesawat sudah mendarat di
Bangkok. Kami check out dari bandara.
Tour Guide kami sudah menjemput di depan
bandara. Satu rombongan kami berisi 12 orang.
6 orang adalah keluargaku, 4 orang
adalah ibu-ibu dari Malang, dan 2
orang adalah sepasnang suami istri dari Surabaya… yang ternyata adalah
orang-orang yang duduk di sebelahku saat di pesawat. Tour Guide kami adalah
seorang berdarah Thailand yang bisa berbicara Bahasa Indonesia walaupun
berlogat Thailand. Nama aslinya… (susah diomongkan). Supaya memudahkan kami
yang berlidah Indonesia, dia juga mempunyai nama Indonesia, yakni Media. Kami memanggilnya
mbak Media. Sepanjang perjalanan, mbak Media bercerita tentang Thailand.,
tentang pemerintahan di Thailand, tentang bangunan-bangunannya, tentang makanan-makanan
khasnya, dan sebagainya. Sejauh mata memandang, ternyata tak jauh bedanya
dengan Jakarta. Malah kalau perjalanan menuju hotel, lebih mirip dengan
Surabaya. Ya ada jembatan layang, ada jalan tol, ada toko-toko, pedagang kaki
lima, serasa berada di Surabaya. Yang membedakan adalah tulisan-tulisannya yang
bukan huruf abjad, melainkan lebih mirip aksara Jawa. Waktu di Bangkok juga hanya
berbeda 1-2 menit dengan Indonesia. Jam setengah 9 malam, kami sudah sampai di
hotel dan check in. tiap kamar berisi dua orang.
Aku sekamar dengan adikku yang
terkecil, Astia. Baru beberapa menit menyalakan TV, aku sudah pusing. Bahasa mereka
sama sekali tidak kumengerti. Hahaha…
Ini dia pemandangan di luar jendela.. asyik kan?
Jam 7 pagi, kami sarapan di lantai
dasar hotel. Harus berhati-hati memilih karena ada yang berbahan daging babi. Setelah
itu, kami check out hotel dan hanya membawa 2 koper berisi pakaian yang akan
digunakan nanti malam dan besok pagi, selebihnya kami titipkan pada hotel itu.
Setelah itu kami menuju ke Candi dengan
patung Buddha terbesar ketiga di Thailand, patung Buddha tidur. Kalau masuk
kesana, alas kaki harus dilepas.
Dan bagi yang memakai pakaian mini, diwajibkan
memakai jubah yang sudah disediakan di sana. Sepanjang dinding, banyak ukiran-ukiran dan
lukisan yang sepertinya menceritakan suatu hal.
Setelah itu kami menuju ke seberang
sungai untuk menuju ke candi Wat Arun.
Di sana, ibu membeli souvenir Thailand
di sebuah pasar. Sedangkan sambil menunggu ibu, aku, bapak, dan adik-adikku,
Litha, Aida, dan Astia makan es krim sambil melihat keindahan candi. Setelah itu
ibu mengajakku untuk foto-foto di depan candi.
Mirip dengan candi prambanan, tapi ada ukiran-ukiran dan berwarna-warni..
Kami kembali menyebrangi sungai dengan
perahu dan melanjutkan perjalanan.
Kami menuju ke sebuah hotel untuk having
lunch dan sholat dhuhur. Woow menunya sangat beragam dan bervariasi. Ada sushi,
ayam, ikan, babi, sayur-sayuran, omelet, nasi, mie, tomyum soup, sup biasa, cap
cay, nasi, dan masih banyak yang lainnya. Belum lagi minumannya dan makanan
penutup yang lebih bervariasi. Kami tinggal mengambil mana yang kami suka. Ada es
krim, pudding, brownies, buah-buahan, dan masih banyak yang lain. setelah
kenyang, kami sholat di lantai 3 hotel.
Kemudian rombongan kami menuju ke kota
Pattaya yang membutuhkan sekitar 2-3 jam. Sebelum sampai ke hotel, kami mampir
di pertanian lebah madu terbesar di Thailand yang telah mendapat berbagai
sertifikat dan penghargaan.
Di sana kami
dijelaskan mengenai manfaat dan kelebihan madu. Kami juga diberitahu bagaimana
membedakan madu yang baik dan tidak, madu yang asli dan palsu.
Setelah itu kami menuju ke perusahaan
berlian terbesar di Thailand. Kami masuk ke sebuah ruangan. Di sana sudah ada
kereta berkapasitas 12 orang. Pertama kereta berjalan pelan menuju ke sebuah
tempat yang sangat gelap. Tiba-tiba muncul secercah cahaya dan instrument. Latar
dari tempat itu adalah gunung berapi yang meletus berjuta-juta tahun yang lalu.
Astia sampai takut. Karena terkesan
seperti kiamat. Gunung memancarkan lahar dan lavanya. Teknologi pada
pertunjukan itu sangat cangging. Dengan menggunakan lampu sorot yang
berwarna-warni, gunung yang terkesan seperti sungguhan, dan instrumen yang
sangat pas. Kemudian diceritakan proses pembentukan berlian. Setelah itu
ruangan menjadi gelap kembali. Kereta pun berjalan pelan menuju ruangan gelap
yang lain. kemudian ruangan perlahan menjadi terang dan ada boneka-boneka yang
memperagakan proses pertambangan tradisional. Di ruangan yang lain,
boneka-boneka memperagakan pertambangan menggunakan air yang lebih efektif
beserta proses pemilihan berlian. Kereta berjalana kembali menuju sebuah
ruangan gelap yang lain. kemudian dijelaskan proses pembentukan berlian
sehingga berbentuk prisma yang berkilauan. Setelah itu kami menuju ke sebuah
ruangan dengan patung yang berpakaian raja-raja dari berbagai Negara yang
menggunakan berlian sebagai symbol dari keagungan dan kebesaran kerajaan itu. Sungguh
pertunjukan yang sangat berkesan. Setelah itu kami berjalan menuju ruangan
dengan banyak orang yang sedang sibuk di tempat duduk masing-masing. Ternyata mereka
sedang dalam proses pembentukan dan pemahatan berlian. Sangat membutuhkan
ekstra ketelitian dan kehati-hatian.
Kemudian kami menuju ke sebuah pintu
otomatis sebuah ruangan yang sangat luas. Ternyata itu adalah toko perhiasan
berlian. Ada cincin, gelang, kalung, patung Buddha dari berlian, dan lain-lain.
di setiap sisi, dimana-mana ada CCTV. Ibu tertarik membeli cincin berlian. Disitu
tertera harganya sekitar 12000 baht. Perkiraan kami mungkin sekitar 3 juta
rupiah. Ibu juga membeli gelang dengan harga sekitar 21000 baht. Perasaanku
sudah tidak enak. Mungkin karena ibu kelamaan. Sedangkan rombongan yang lain
sudah menunggu di luar dari tadi. Kemudian kami menuju kasir. Ternyata bisa
membayar dengan kartu kredit rupiah. Kata penjaga kasir, uang masih kurang 20
juta. Kami sangat shock. Memangnya total harganya berapa? Ternyata… total
cincin dan gelang itu kalau dirupiahkan menjadi 84 juta. Haa? Itu uang
seberapa? Perkiraan kami mungkin 8 jutaan. Kemudian, bapak membatalkan
pembelian. Tapi susah juga, karena susah untuk mengembalikan uang ke kartu
kredit. Belum lagi membatalkan sertifikat pembelian. Setelah terjadi cek-cok
beberapa lama, ibu memutuskan membeli
cincin dengan harga tidak lebih dari 10 juta rupiah. Tapi untuk memilih cincin
membtuhkan waktu yang lama. Belum lagi membuat sertifikat cincin. Sedangakan
itu sudah jam setengah 6 sore. Perjanjian rombongan akan berangkat pukul 5
sore. Sungguh rumit. Aku menangis karena kesel sama ibu. Kenapa pake acara
beli-beli berlian segala? Gimana kalau ditinggal rombongan? Kami juga sudah
pesan tiket VIP untuk nonton banci show yang dimulai pukul 6 sedangkan
perjalanan ke sana membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Beruntungnya mbak Media mau
mengerti. Mbak Media berbicara pada penjaga kasir supaya
mengantarkan cincin dan sertifikat ke tempat show.
Sepanjang perjalanan, aku hanya
diam. Sangat badmood. Pukul 6 kurang 5,
kami sampai di Alcazar, sebuah tempat pertunjukan besar dengan ruangan full AC
+ minuman soda. Tidak sampai 5 menit kami duduk di kursi VIP, pertunjukan sudah
dimulai. Alhamdulillah sangat tepat waktu. Pertunjukan yang berlangsung 60
menit itu sungguh luar biasa. Mereka semua yang tampil adalah laki-laki. Namun
kecantikan dan kegemulaiannya melebihi perempuan tulen. beberapa dari mereka bahkan operasi kelamin dan penyuntikan silikon ke dada mereka.
Selesai show, bagi yang ingin
berfoto-foto dengan para banci harus membayar 200 baht. Atau sekitar 80 ribu
rupiah.
Kemudian kami dinner di restoran
Alcazar. Menunya juga sangat enak dan bermacam-macam. Kami tinggal makan karena
sudah dipesankan mbak Media dan sudah terhidang di atas meja kami. Selamat makan
J
Kami menuju hotel di Pattaya. Sepanjang
perjalanan, kami melihat pantai yang sepertinya indah. Serasa di kota sendiri,
Tuban. Tapi lebih banyak café dan club malam yang lagi ramai. Lagi-lagi aku
sekamar dengan Astia.
Keesokan harinya, kami breakfast dan
check out dari hotel. kami mampir di pantai Pattaya untuk foto-foto.
Kemudian kami langsung menuju ke pasar terapung. Jujur sih,
aku nggak terlalu suka ke pasar. Bosen. Di Indonesia pasar juga banyak. Harusnya
liburan bukan buat belanja. Harusnya lebih banyak ke tempat wisata. Tapi pasar
yang ini bagus dan bersih. Pemandangannya juga cantik.
Pukul 10 kami berkumpul di pintu masuk
dan melanjutkan perjalanan ke sebuah taman bunga yang luas dan cantik sekali. Di
sana kami menonton pertunjukan tari-tarian berdurasi 30 menit.
Setelah itu kami
menonton elephant show. Mereka lucu-lucu. Ada yang bermain bola, melukis,
basket, bersepeda, memijat orang. Huuhh sungguh menggemaskan. Yang paling lucu
adalah saat memijat pengunjung laki-laki, gajah itu menendang-nendang kemaluannya.
Seluruh pengunjung tertawa terbahak-bahak.
Kemudian aku membayar 100 baht untuk
3 kali foto dengan gajah. Aku juga membayar 100 baht untuk foto dengan harimau.
Sebenarnya takut juga sih… apalagi harimaunya sempat mengaum-ngaum.
Kemudian kami makan siang dan foto-foto
di taman bunga.
Lalu kami melanjutkan perjalanan ke
sebuah tempat. Lagi-lagi… tempat belanja. Haaa… adakah tempat lain selain toko???
itu adalah toko makanan kering. Beruntung ada tempat sendiri untuk menjual babi
kering. Jadi tidak bercampur antara babi dan makanan yang lain. Disana kami
sholat dan berbelanja. Aku menunggu di luar toko sambil makan es krim durian. Malas
belanja.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan
menuju Bangkok. Sampai di Bangkok. Lagi-lagi menuju tempat perbelanjaan.
Subhanallah… selain mall / toko bisa nggak?? Ternyata di dalam mall itu ada
Madame Tussaud show. Di sana terdapat patung lilin orang-orang ternama di
dunia. Sangat mirip dengan aslinya karena mereka mengukur tinggi, bentuk,
ukuran, serta mengambil sampel rambut mereka secara langsung. Wow.
Selesai dari sana, ternyata… ibu
belanja-belanja souvenir lagi. ASTAGHFIRULLAH… pingin pulang aja rasanya. Males
banget kalau belanja-belanja. Sama aja seperti menganggur karena yang sibuk
belanja ibu, aku jalan-jalan nggak tentu arah nungguin ibu. Pukul 8 malam, kami
berkumpul di depan mall dan berangkat menuju hotel yang pertama kali kami
datangi. Makan malam yang sudah
disiapkan untuk kami di hotel mulai dingin. Kami segera memakannya. Kali ini
aku sekamar dengan Aida
Keesokan harinya, kami bebas mau
ngapain. Tapi kenapa… kenapa pilihannya ibu adalah MALL?? Kenapa tempat
perbelanjaan lagi??? Ayo pulang -_- boring. Kenapa nggak tempat wisata aja? Ya sudahlah
jalani saja. Kami menghabiskan hari terakhir di Thailand dengan belanja. Subhanallah…
yang aku kagumi adalah… mayoritas masyarakat Thailand adalah Buddha. Yang Islam
mungkin tidak lebih dari 6% penduduknya. Tapi di dalam mall itu musholanya
bagus sekali. Tidak terlalu besar, namun bersih, full AC, disediakan mukena
yang bersih, wastafel, sabun cuci tangan, dan pelembab. Kagum dengan pelayanan
ibadah di sana. Tempatnya pun dibedakan. Lantai 2 untuk muslimah, dan lantai 5
untuk muslim.
Pukul 5 sore, kami telah sampai di
bandara. Mbak Media membantu kami untuk check in di bandara. Wow, bawaan kami
sangaaatttt banyak.
Kami akan take off jam 9 malam. Aku sudah berpesan pada ibu
kalau nggak mau duduk sendirian lagi. Kali ini bukan 1 orang yang terpisah. Melainkan
2 orang. Yang satu aku, yang satu ibu. Litha dan Astia berebut ingin duduk
menggantikan tempatnya ibu. Mereka berebut ingin duduk sama aku. Akhirnya Litha
yang duduk sama aku. Ternyata tempat dudukku tepat di samping pintu darurat. Aku
sudah mempelajari bagaimana mengoperasikan pintu darurat. Tapi… sialnya kami
disuruh tukar posisi dengan bapak karena syarat penumpang yang duduk di kursi
dekat pintu darurat adalah minimal berusia 15 tahun. Sedangkan aku kurang dari
itu. Aku pindah dekat dengan jendela. Sepanjang perjalanan aku melihat ke luar
jendela. Kota Bangkok terlihat sangaatt cantik dari atas. Kerlap-kerlip seperti
berlian.
Pukul 1 dini hari kami sampai di
Bandara Juanda. Sangat capek. Belum lagi kami harus membawa barang bawaan yang
banyaknyaaaa… sangat banyak. Sebelum naik mobil, kami sholat dulu. Perjalanan ke
rumah tidak terasa lama karena tidur kelelahan. Kami sampai di rumah dengan
selamat, sehat, dan capek jam setengah 5 subuh. Alhamdulillah liburan telah
usai J