Sabtu, 14 Juni 2014

Sawasdee Thailand

 Liburan menjelang ujian itu adalah sesuatu yang sangat menantang. Tapi yaa.. itulah yang terjadi.  Selasa, 27 Mei 2014 pukul 10.00 aku dan keluargaku, ditemani sopir, berangkat menuju Bandara Juanda dengan koper-koper yang hampir memenuhi mobil. Astaghfirullah… gimana kalau pulang? Bakal lebih penuh mobil ini. Jam 1 siang, kami telah sampai di bandara. Kami sholat dhuhur dan ashar dengan dijama’.  Kemudian check in di bandara. Wow, ternyata berat koper kami semua kalau di total lebih dari 20kg. jadi harus memebeli bagasi lagi. Sudah nggak terbayang apa jadinya nanti kalau pulang? Bisa-bisa total bawaan lebih dari 35kg


Pukul 15.00, panggilan pesawat Air Asia menuju Bangkok sudah terdengar. Kami bergegas menuju sebuah bis. Bis itu yang akan mengantar kami menuju pesawat. Tidak lebih dari 5 menit, kami telah sampai di depan pesawat. Adikku yang paling kecil, mendapat nomer 31A, tempat duduk yang paling belakang. Sedangkan kami sekeluarga mendapat nomer 2E, 2F, 3A, 3B, dan 3C. tempat duduk yang paling depan. Akhirnya, dengan segala keberatan hati aku menggantikan posisi duduknya. 

Aku pindah ke nomer 31A. apalagi aku nggak kenal dengan samping-sampingku. Boring. 31A adalah tempat duduk dekat jendela. Tapi apa boleh buat, malah dituker jadi tempat duduk dekat toilet. ASTAGHFIRR…. Dalam perjalanan itu sangat boring. Nggak bisa lihat pemandangan di atas awan, jadi tempat lewat-lewatan kalau orang mau ke toilet, nggak ada teman ngobrol, aduhh BADMOOD!!!  Apalagi di pesawat adanya jualan makanan, mana aku nggak punya uang. L lapeerr…

Jam 8 malam, pesawat sudah mendarat di Bangkok. Kami check out dari bandara. 

Tour Guide kami sudah menjemput di depan bandara. Satu rombongan kami berisi 12 orang.  6 orang adalah keluargaku, 4 orang  adalah ibu-ibu dari  Malang, dan 2 orang adalah sepasnang suami istri dari Surabaya… yang ternyata adalah orang-orang yang duduk di sebelahku saat di pesawat. Tour Guide kami adalah seorang berdarah Thailand yang bisa berbicara Bahasa Indonesia walaupun berlogat Thailand. Nama aslinya… (susah diomongkan). Supaya memudahkan kami yang berlidah Indonesia, dia juga mempunyai nama Indonesia, yakni Media. Kami memanggilnya mbak Media. Sepanjang perjalanan, mbak Media bercerita tentang Thailand., tentang pemerintahan di Thailand, tentang bangunan-bangunannya, tentang makanan-makanan khasnya, dan sebagainya. Sejauh mata memandang, ternyata tak jauh bedanya dengan Jakarta. Malah kalau perjalanan menuju hotel, lebih mirip dengan Surabaya. Ya ada jembatan layang, ada jalan tol, ada toko-toko, pedagang kaki lima, serasa berada di Surabaya. Yang membedakan adalah tulisan-tulisannya yang bukan huruf abjad, melainkan lebih mirip aksara Jawa. Waktu di Bangkok juga hanya berbeda 1-2 menit dengan Indonesia. Jam setengah 9 malam, kami sudah sampai di hotel dan check in. tiap kamar berisi dua orang. 

Aku sekamar dengan adikku yang terkecil, Astia. Baru beberapa menit menyalakan TV, aku sudah pusing. Bahasa mereka sama sekali tidak kumengerti. Hahaha…


Ini dia pemandangan di luar jendela.. asyik kan?



Jam 7 pagi, kami sarapan di lantai dasar hotel. Harus berhati-hati memilih karena ada yang berbahan daging babi. Setelah itu, kami check out hotel dan hanya membawa 2 koper berisi pakaian yang akan digunakan nanti malam dan besok pagi, selebihnya kami titipkan pada hotel itu.

Setelah itu kami menuju ke Candi dengan patung Buddha terbesar ketiga di Thailand, patung Buddha tidur. Kalau masuk kesana, alas kaki harus dilepas. 

Dan bagi yang memakai pakaian mini, diwajibkan memakai jubah yang sudah disediakan di sana.  Sepanjang dinding, banyak ukiran-ukiran dan lukisan yang sepertinya menceritakan suatu hal.


Setelah itu kami menuju ke seberang sungai untuk menuju ke candi Wat Arun. 





Di sana, ibu membeli souvenir Thailand di sebuah pasar. Sedangkan sambil menunggu ibu, aku, bapak, dan adik-adikku, Litha, Aida, dan Astia makan es krim sambil melihat keindahan candi. Setelah itu ibu mengajakku untuk foto-foto di depan candi.  Mirip dengan candi prambanan, tapi ada ukiran-ukiran dan berwarna-warni..

Kami kembali menyebrangi sungai dengan perahu dan melanjutkan perjalanan. 

Kami menuju ke sebuah hotel untuk having lunch dan sholat dhuhur. Woow menunya sangat beragam dan bervariasi. Ada sushi, ayam, ikan, babi, sayur-sayuran, omelet, nasi, mie, tomyum soup, sup biasa, cap cay, nasi, dan masih banyak yang lainnya. Belum lagi minumannya dan makanan penutup yang lebih bervariasi. Kami tinggal mengambil mana yang kami suka. Ada es krim, pudding, brownies, buah-buahan, dan masih banyak yang lain. setelah kenyang, kami sholat di lantai 3 hotel.
Kemudian rombongan kami menuju ke kota Pattaya yang membutuhkan sekitar 2-3 jam. Sebelum sampai ke hotel, kami mampir di pertanian lebah madu terbesar di Thailand yang telah mendapat berbagai sertifikat dan penghargaan.  

Di sana kami dijelaskan mengenai manfaat dan kelebihan madu. Kami juga diberitahu bagaimana membedakan madu yang baik dan tidak, madu yang asli dan palsu.

Setelah itu kami menuju ke perusahaan berlian terbesar di Thailand. Kami masuk ke sebuah ruangan. Di sana sudah ada kereta berkapasitas 12 orang. Pertama kereta berjalan pelan menuju ke sebuah tempat yang sangat gelap. Tiba-tiba muncul secercah cahaya dan instrument. Latar dari tempat itu adalah gunung berapi yang meletus berjuta-juta tahun yang lalu. Astia sampai takut. Karena  terkesan seperti kiamat. Gunung memancarkan lahar dan lavanya. Teknologi pada pertunjukan itu sangat cangging. Dengan menggunakan lampu sorot yang berwarna-warni, gunung yang terkesan seperti sungguhan, dan instrumen yang sangat pas. Kemudian diceritakan proses pembentukan berlian. Setelah itu ruangan menjadi gelap kembali. Kereta pun berjalan pelan menuju ruangan gelap yang lain. kemudian ruangan perlahan menjadi terang dan ada boneka-boneka yang memperagakan proses pertambangan tradisional. Di ruangan yang lain, boneka-boneka memperagakan pertambangan menggunakan air yang lebih efektif beserta proses pemilihan berlian. Kereta berjalana kembali menuju sebuah ruangan gelap yang lain. kemudian dijelaskan proses pembentukan berlian sehingga berbentuk prisma yang berkilauan. Setelah itu kami menuju ke sebuah ruangan dengan patung yang berpakaian raja-raja dari berbagai Negara yang menggunakan berlian sebagai symbol dari keagungan dan kebesaran kerajaan itu. Sungguh pertunjukan yang sangat berkesan. Setelah itu kami berjalan menuju ruangan dengan banyak orang yang sedang sibuk di tempat duduk masing-masing. Ternyata mereka sedang dalam proses pembentukan dan pemahatan berlian. Sangat membutuhkan ekstra ketelitian dan kehati-hatian.
Kemudian kami menuju ke sebuah pintu otomatis sebuah ruangan yang sangat luas. Ternyata itu adalah toko perhiasan berlian. Ada cincin, gelang, kalung, patung Buddha dari berlian, dan lain-lain. di setiap sisi, dimana-mana ada CCTV. Ibu tertarik membeli cincin berlian. Disitu tertera harganya sekitar 12000 baht. Perkiraan kami mungkin sekitar 3 juta rupiah. Ibu juga membeli gelang dengan harga sekitar 21000 baht. Perasaanku sudah tidak enak. Mungkin karena ibu kelamaan. Sedangkan rombongan yang lain sudah menunggu di luar dari tadi. Kemudian kami menuju kasir. Ternyata bisa membayar dengan kartu kredit rupiah. Kata penjaga kasir, uang masih kurang 20 juta. Kami sangat shock. Memangnya total harganya berapa? Ternyata… total cincin dan gelang itu kalau dirupiahkan menjadi 84 juta. Haa? Itu uang seberapa? Perkiraan kami mungkin 8 jutaan. Kemudian, bapak membatalkan pembelian. Tapi susah juga, karena susah untuk mengembalikan uang ke kartu kredit. Belum lagi membatalkan sertifikat pembelian. Setelah terjadi cek-cok beberapa lama,  ibu memutuskan membeli cincin dengan harga tidak lebih dari 10 juta rupiah. Tapi untuk memilih cincin membtuhkan waktu yang lama. Belum lagi membuat sertifikat cincin. Sedangakan itu sudah jam setengah 6 sore. Perjanjian rombongan akan berangkat pukul 5 sore. Sungguh rumit. Aku menangis karena kesel sama ibu. Kenapa pake acara beli-beli berlian segala? Gimana kalau ditinggal rombongan? Kami juga sudah pesan tiket VIP untuk nonton banci show yang dimulai pukul 6 sedangkan perjalanan ke sana membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Beruntungnya mbak Media mau mengerti.  Mbak  Media berbicara pada penjaga kasir supaya mengantarkan cincin dan sertifikat ke tempat show.
Sepanjang perjalanan, aku hanya diam.  Sangat badmood. Pukul 6 kurang 5, kami sampai di Alcazar, sebuah tempat pertunjukan besar dengan ruangan full AC + minuman soda. Tidak sampai 5 menit kami duduk di kursi VIP, pertunjukan sudah dimulai. Alhamdulillah sangat tepat waktu. Pertunjukan yang berlangsung 60 menit itu sungguh luar biasa. Mereka semua yang tampil adalah laki-laki. Namun kecantikan dan kegemulaiannya melebihi perempuan tulen. beberapa dari mereka bahkan operasi kelamin dan penyuntikan silikon ke dada mereka.












Selesai show, bagi yang ingin berfoto-foto dengan para banci harus membayar 200 baht. Atau sekitar 80 ribu rupiah.


Kemudian kami dinner di restoran Alcazar. Menunya juga sangat enak dan bermacam-macam. Kami tinggal makan karena sudah dipesankan mbak Media dan sudah terhidang di atas meja kami. Selamat makan J
Kami menuju hotel di Pattaya. Sepanjang perjalanan, kami melihat pantai yang sepertinya indah. Serasa di kota sendiri, Tuban. Tapi lebih  banyak café  dan club malam yang lagi ramai. Lagi-lagi aku sekamar dengan Astia.
Keesokan harinya, kami breakfast dan check out dari hotel. kami mampir di pantai Pattaya untuk foto-foto. 




Kemudian kami langsung menuju ke pasar terapung. Jujur sih, aku nggak terlalu suka ke pasar. Bosen. Di Indonesia pasar juga banyak. Harusnya liburan bukan buat belanja. Harusnya lebih banyak ke tempat wisata. Tapi pasar yang ini bagus dan bersih. Pemandangannya juga cantik.






Pukul 10 kami berkumpul di pintu masuk dan melanjutkan perjalanan ke sebuah taman bunga yang luas dan cantik sekali. Di sana kami menonton pertunjukan tari-tarian berdurasi 30 menit. 

Setelah itu kami menonton elephant show. Mereka lucu-lucu. Ada yang bermain bola, melukis, basket, bersepeda, memijat orang. Huuhh sungguh menggemaskan. Yang paling lucu adalah saat memijat pengunjung laki-laki, gajah itu menendang-nendang kemaluannya. Seluruh pengunjung tertawa terbahak-bahak. 









Kemudian aku membayar 100 baht untuk 3 kali foto dengan gajah. Aku juga membayar 100 baht untuk foto dengan harimau. Sebenarnya takut juga sih… apalagi harimaunya sempat mengaum-ngaum.





Kemudian kami makan siang dan foto-foto di taman bunga.








Lalu kami melanjutkan perjalanan ke sebuah tempat. Lagi-lagi… tempat belanja. Haaa… adakah tempat lain selain toko??? itu adalah toko makanan kering. Beruntung ada tempat sendiri untuk menjual babi kering. Jadi tidak bercampur antara babi dan makanan yang lain. Disana kami sholat dan berbelanja. Aku menunggu di luar toko sambil makan es krim durian. Malas belanja.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Bangkok. Sampai di Bangkok. Lagi-lagi menuju tempat perbelanjaan. Subhanallah… selain mall / toko bisa nggak?? Ternyata di dalam mall itu ada Madame Tussaud show. Di sana terdapat patung lilin orang-orang ternama di dunia. Sangat mirip dengan aslinya karena mereka mengukur tinggi, bentuk, ukuran, serta mengambil sampel rambut mereka secara langsung. Wow.




































Selesai dari sana, ternyata… ibu belanja-belanja souvenir lagi. ASTAGHFIRULLAH… pingin pulang aja rasanya. Males banget kalau belanja-belanja. Sama aja seperti menganggur karena yang sibuk belanja ibu, aku jalan-jalan nggak tentu arah nungguin ibu. Pukul 8 malam, kami berkumpul di depan mall dan berangkat menuju hotel yang pertama kali kami datangi.  Makan malam yang sudah disiapkan untuk kami di hotel mulai dingin. Kami segera memakannya. Kali ini aku sekamar dengan Aida
Keesokan harinya, kami bebas mau ngapain. Tapi kenapa… kenapa pilihannya ibu adalah MALL?? Kenapa tempat perbelanjaan lagi??? Ayo pulang -_- boring. Kenapa nggak tempat wisata aja? Ya sudahlah jalani saja. Kami menghabiskan hari terakhir di Thailand dengan belanja. Subhanallah… yang aku kagumi adalah… mayoritas masyarakat Thailand adalah Buddha. Yang Islam mungkin tidak lebih dari 6% penduduknya. Tapi di dalam mall itu musholanya bagus sekali. Tidak terlalu besar, namun bersih, full AC, disediakan mukena yang bersih, wastafel, sabun cuci tangan, dan pelembab. Kagum dengan pelayanan ibadah di sana. Tempatnya pun dibedakan. Lantai 2 untuk muslimah, dan lantai 5 untuk muslim.
Pukul 5 sore, kami telah sampai di bandara. Mbak Media membantu kami untuk check in di bandara. Wow, bawaan kami sangaaatttt banyak. 




Kami akan take off jam 9 malam. Aku sudah berpesan pada ibu kalau nggak mau duduk sendirian lagi. Kali ini bukan 1 orang yang terpisah. Melainkan 2 orang. Yang satu aku, yang satu ibu. Litha dan Astia berebut ingin duduk menggantikan tempatnya ibu. Mereka berebut ingin duduk sama aku. Akhirnya Litha yang duduk sama aku. Ternyata tempat dudukku tepat di samping pintu darurat. Aku sudah mempelajari bagaimana mengoperasikan pintu darurat. Tapi… sialnya kami disuruh tukar posisi dengan bapak karena syarat penumpang yang duduk di kursi dekat pintu darurat adalah minimal berusia 15 tahun. Sedangkan aku kurang dari itu. Aku pindah dekat dengan jendela. Sepanjang perjalanan aku melihat ke luar jendela. Kota Bangkok terlihat sangaatt cantik dari atas. Kerlap-kerlip seperti berlian.
Pukul 1 dini hari kami sampai di Bandara Juanda. Sangat capek. Belum lagi kami harus membawa barang bawaan yang banyaknyaaaa… sangat banyak. Sebelum naik mobil, kami sholat dulu. Perjalanan ke rumah tidak terasa lama karena tidur kelelahan. Kami sampai di rumah dengan selamat, sehat, dan capek jam setengah 5 subuh. Alhamdulillah liburan telah usai J